Monday, April 20, 2009

Penyusunan Model Spasial Prediksi Lingkungan Sebaran Malaria (Anopheles sp.)

Oleh: Idung Risdiyanto*), Fiolenta Marpaung*), Agus Wibowo**)

*)
Dept. Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB, **) PTISDA, BPPT


ABSTRAK

Faktor ketinggian tempat (altitude), kemiringan lereng (slope) dan penggunaan lahan (LandUsed) mempengaruhi tempat perindukan nyamuk. Sedangkan unsur cuaca mempengaruhi metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan populasi nyamuk Anopheles tersebut. Suhu 18°C merupakan suhu yang paling rendah dibutuhkan larva nyamuk di daerah tropis sedangkan suhu 36°C selama 2 bulan berturut-turut dapat mematikan semua larva nyamuk. Curah hujan dengan penyinaran yang relatif panjang turut mempengaruhi habitat perindukan nyamuk. Pemahaman dan analisis data lingkungan dan unsur cuaca tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pola penyebaran vektor malaria dan menduga populasi vektor malaria. Kombinasi kedua faktor tersebut dapat digunakan dalam penyusunan rancangan model spasial untuk membantu memprediksi pola penyebaran malaria disuatu daerah. Overlay data lingkungan (altitide, slope dan LandUsed) digunakan untuk menduga zona risiko malaria. Sedangkan prediksi jumlah kasus malaria dimodelkan menggunakan robust regresi Poisson dengan input suhu rata-rata minimum mingguan, suhu rata-rata maksimum mingguan serta jumlah curah hujan rata-rata mingguan dengan PDL (Polynomial Distribution Lag) of weather di lokasi studi (Sukabumi). Arithmetic Overlay antara zona risiko dan prediksi kasus malaria menunjukkan zona risiko lonjakan kasus malaria tiap bulan di Kabupaten Sukabumi. Zona risiko tinggi terkonsentrasi di daerah pantai. Sedangkan zona tidak berisiko (non risk) terkonsentrasi di daerah pegunungan. Zona risiko malaria tersebut signifikan mempengaruhi jumlah kasus malaria di Kabupaten Sukabumi (r = 0.967). Prediksi kasus malaria tiap bulan di Kabupaten Sukabumi menggunakan robust regresi Poisson dengan PDL of weather 6 lag untuk suhu udara rata-rata dan 7 lag untuk curah hujan. Sebaran prediksi kasus malaria tersebut signifikan (r > 0.885) menunjukkan jumlah kasus tertinggi terjadi di daerah pantai dan jumlah kasus terendah terjadi di daerah pegunungan. Sebaran lonjakan kasus malaria tertinggi juga terjadi di daerah pantai dan terendah di daerah pegunungan. Sedangkan pola sebaran lonjakan mengikuti pola curah hujan bulanan di Kabupaten Sukabumi.

Interaksi antara data lingkungan dan unsur cuaca terhadap siklus perindukan dan metabolisme nyamuk merupakan faktor utama dalam memprediksi jumlah kasus malaria. Peringatan dini dapat dilakukan 1-1,5 bulan sebelum terjadinya lonjakan zona kasus malaria tinggi (high risk) di Kabupaten Sukabumi.


Kata kunci: jumlah kasus malaria, suhu udara, curah hujan, LandUsed, altitude, regresi Poisson, zona resiko



Paper lengkap dapat di-download di GIS_Malaria_Fio.pdf

Wednesday, April 8, 2009

Aplikasi GIS Kesehatan

FIle presentasi ini dibuat pada waktu kerja sebagai konsultan GIS pada Proyek Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular atau Intensified Communicable Disease Control (ICDC) di Departemen Kesehatan. Presentasi dibuat oleh Konsultan GIS Internasional Dapeng Luo, MPH, PhD.

1. Geographic Information System in Public Health
2. Geographic Information System for Malaria Control and Surveillance
3. Tutorial ArcView GIS untuk Kesehatan
Blogged with the Flock Browser

Tuesday, April 7, 2009

Delineasi Batas Watershed dengan ArcGIS dan Data SRTM

Pada masa kuliah saya dulu, untuk men-delineasi batas DAS / Watershed biasa menggunakan peta Rupa Bumi Indonesia atau Topografi dengan cara tracing garis kontur di peta tersebut. Dengan tersedianya software GIS seperti ESRI ArcGIS kita dapat melakukannya secara otomatis. Dalam catatan ini saya menggunakan Data SRTM yang tersedia di internet. Bagaimana caranya silahkan donwload di link berikut gis_watershed_application.pdf
Blogged with the Flock Browser

ArcGIS MapBook Extention

ArcView GIS versi PC mendukung untuk membuat banyak layout peta dalam satu project file (APR file), sedangkan ArcGIS ArcView tidak mendukung multi layout, satu project file (MXD file) hanya bisa untuk satu layout peta. Jadi jika akan membuat 5 layout peta harus buat 5 mxd files. Untuk mengatasi hal tersebut ESRI sudah menyediakan ArcGIS extension yang bernama Mapbook Series untuk membuat multi layout, bagaimana caranya? Silahkan download Tutorial MapBook Series ini.

Tentang Blog ini

Selamat datang di Agus Wibowo's Blog

Selama belajar menggunakan teknologi Remote Sensing dan GIS, banyak sekali catatan tentang trik, tip, scripts, makalah, presentasi, dan lain-lain yang dikumpulkan. Banyak sekali yang sudah hilang atau ke-tlingsut entah kemana, atau hard disk rusak terkena virus. Ini tentunya sangat menyulitkan saya jika harus belajar lagi dari nol lagi. Untuk itu saya membuat blog ini untuk mendokumentasikan catatan itu agar tidak hilang dan semoga bermanfaat bagi orang lain.

Saya alumni S1 di bidang Teknik Sipil Hidro UGM lulus tahun 1991, setahun bekerja di CV. AREINA di Yogyakarta konsultan hidrologi, kemudian tahun 1992 diterima bekerja di BPPT Jakarta. Di BPPT bekerja dalam bidang RS & GIS, jadi terpaksa harus belajar sendiri maupun secara format ikut kursus yang diselenggarakan kantor atau di luar. Pada tahun 1995 melanjutkan sekolah S2 bidang Geographic Information System di ITC dan Wageningen Agricultural University Belanda dan lulus tahun 1997.

Sejak lulus tahun 1997 sampai sekarang, saya banyak terlibat dalam proyek RS & GIS. Sudah banyak catatan yang saya buat dan juga sudah banyak yang hilang pula, untuk mengatasi hal itu maka saya membuat blog ini.

Semoga bermanfaat.

Agus Wibowo